No One Is Coming to Save You, Comrade. [Terjemahan Bahasa Indonesia]

Ifan Reynaldi Yz.
5 min readOct 20, 2024

--

Diterjemahkan dari The Anarchist Library

Tak Ada yang Akan Datang Menyelamatkanmu, Kamerad.

oleh Dr. Bones

Tak ada yang akan datang menyelamatkamu, kamerad.

Tak seorangpun.

Tak ada revolusi yang terjadi di awang-awang langit, tak ada partai, tak ada gagasan besar yang akhirnya dapat membangkitkan kemanusiaan menuju potensinya dan membebaskan kita dari rantai yang selama ini membelenggu.

Tak ada pelopor, tak ada tujuan, tak ada metode rahasia yang dapat kita gunakan untuk secara ajaib membuat mereka yang berkuasa memutuskan untuk melepas kekuasaannya dan menjadi orang biasa.

Ada mereka yang berpura-pura. Mereka para petinggi agama, mucikari, dan Tuhan-Tuhan palsu. Mereka yang akan menekankan padamu untuk menyembah mereka, memberimu “ilmu pengetahuan” dan identitas yang abadi, meyakinkanmu, bahwa jika ada cukup banyak orang yang mengenakan seragam tertentu atau mengucapkan kata-kata yang benar maka segalanya akan baik-baik saja.

Ada juga mereka yang tentu saja akan menolakmu, yang menolak semua tindakan tanpa alasan ataupun tanpa detail yang direncanakan dengan matang. Siapa yang akan mengelola sekolah, siapa yang akan membangun jalan, atau bagaimana membakar ban dan memblokade justru menaikkan jejak karbon kita?

Mereka akan menyebut rencanamu hanyalah lamunan belaka, tak realistis, khayalan Insureksionis.

Mereka mengatakan ini dengan keadaan setengah tidur.

Mereka, dengan bijaknya mendengkur dan mengatakan bahwa mereka akan “menunggu orang-orang untuk bangkit.” Orang-orang telah bangkit dan dihancurkan. Pendudukan gagal, Standing Rock gagal. Yang tersisa hanyalah kau dan aku.

Mereka, dengan kerasnya mendengkur dan berkata mereka menunggu hak-hak nya dirampas, hak berkumpul atau hak memilih, garis tak terlihat yang tak akan mereka biarkan untuk dilewati. Di mana mereka saat Patriot Act diberlakukan, atau NDAA? Mereka mengajukan petisi, mereka merintih, mereka kalah.

Setiap hari mereka berkata tengah menunggu kejadian besar di semesta yang melibatkan jutaan dari mereka. Setiap hari kriteria berubah, setiap hari mereka semakin stagnan dan tua.

Semua orang menunggu namun tak ada yang ingin memulai, semua orang ingin bergabung namun tak ada yang mau membangun. Semua orang menunggu datangnya revolusi besar-besaran dan menyeluruh, namun ketika kau mencuri sebuah apel atau membakar mobil polisi mereka akan menyebutmu seorang “avonturir”.

Semua orang yakin perubahan tengah menunggu di setiap sudut, bahwa kuasa Ilahi akan menuntun kita ke jalan yang benar. Semua orang yakin waktu tengah berada di pihak kita, bahwa yang baik akan selalu menang dan itu tak akan bertahan lama. Semua orang berkata sebuah revolusi sangatlah mungkin terjadi tanpa adanya pertumpahan darah dan tanpa adanya perasaan yang tersakiti, bahwa semua orang akan didengar dan dijaga.

Semua orang yakin bahwa revolusi akan datang layaknya paket Amazon: cepat, bersih, dan siap untuk dinikmati tepat di depan pintu rumah. Mereka memiliki anak, coba kau lihat, mereka harus mengutamakan anaknya terlebih dahulu, tetapi mereka akan melangkahi tubuhmu dengan bangga setelah kau membangun jalan bagi mereka untuk berjalan.

Semua orang menunggu. Menunggu sesuatu. Menunggu seseorang, seseorang untuk menyelamatkan mereka.

Mereka tak akan datang menyelamatkanmu, kamerad.

Tak seorangpun.

Orang-orang itu akan mati selayaknya mereka hidup. Mereka akan tetap bertahan di tempat mereka berada, di sofa yang nyaman, dan pura-pura bermain peran secara online karena tak ada yang perlu mereka bayar sepeserpun. Seperti mainan seks yang digunakan pada “malam pertama,” politik adalah hal seksi yang membuat mereka merasa berbeda.

Mereka selalu berbicara banyak tentang perasaan, seberapa banyak “solidaritas” yang mereka berikan dan butuhkan. Setiap kali ada orang kulit hitam terbaring dengan genangan darahnya sendiri, mereka akan sangat merasa prihatin. Sungguh. Tapi coba kau lihat, sayangnya mereka punya pekerjaan, keluarga, acara televisi yang harus ditonton, dan mobil yang perlu dirawat.

Mereka akan rela berkorban untukmu kamerad, ketika kau kehilangan pekerjaan. Entah kenapa, mereka akan menyerukan Pemogokan Umum dan membuat poster, lencana, dan pin! Asalkan itu akhir pekan dan bukan hari libur tentu saja, dan dengan pemberitahuan yang cukup jauh agar bisa minta izin cuti.

Mereka bertambah tua, orang-orang ini, bahagia dengan pengetahuan bahwa jika mereka memiliki kesempatan mereka akan melakukan sesuatu yang spektakuler. Mereka akan memiliki pemakan kecil yang menyenangkan, bukan yang sedih, di mana kehidupan medioker mereka akan dirayakan dengan berbicara tentang betapa “berani” mereka dan betapa “keras” mereka berjuang untuk kebebasan.

Kebebasan siapa tidak pernah disebutkan, bagaimana dan di mana tidak sopan didiskusikan.

Ada jutaan dari mereka, kamerad. Memang telah begitu, dan selalu akan seperti itu. Mereka akan lahir, berkutat sebentar, dan kembali masuk ke lubang tempat mereka merangkak keluar.

Mereka menunggu untuk dipimpin, menunggu untuk melihat dimana mereka bisa terlibat, dan menunggu dengan sabar seseorang untuk mendorong makanan ke dalam mulut mereka dan membantu mereka mengunyah.

Maukah kau menuggu mereka, kamerad?

Maukah kau menunggu orang yang sama yang lebih memilih KAU untuk menderita dan KAU untuk mati, agar mereka dapat bermain tanpa resiko?

Maukah kau menunggu orang-orang yang tak akan menggerakkan jari untuk membantumu sampai mereka yakin bahwa tidak akan mendapat masalah dan ketika semua masalah memang sudah teratasi?

Maukah kau menunggu dan menyusun rencana untuk menyakinkan mereka yang perlu diyakinkan, yang tak mau bergerak seinci pun sampai kita mengetahui berapa banyak pohon yang akan ditanam di setiap sekolah yang tiba-tiba gratis bagi mereka yang tuli dan yang buta?

Maukah kau menunggu orang-orang yang menyebut tindakan-tindakanmu sebagai dosa ketika mereka tengah berdoa dihadapan pentungan polisi?

Maukah kau menunggu seisi planet untuk sepakat pada sebuah ide, sebuah peristiwa monumental yang akan menjadi yang pertama dalam sejarah kita?

Apakah kau siap, kamerad terkasih, untuk mati selayaknya mereka kelak, dikelilingi pesta murah dengan musik yang jauh lebih murah selagi temanmu menyanyikan himne untuk kehidupan yang banal?

Atau akankah kau membuat aksi?

Jangan kau salah dengan menganggap aku ini bodoh kamerad, kuharap kau bukan bagian dari mereka. Aku tak ingin mati dan aku tak mau masuk penjara. Tak ada gunanya bagiku menjadi martir, yang kuinginkan adalah menjadi bebas, sama halnya seperti dirimu.

Namun jika kau bersiap-siap untuk beraksi, mengesampingkan berbagai argumen, dan benar-benar untuk membangun, mungkin benar kita masih memiliki kesempatan. Kau dan aku. Aku sudah selesai berbicara tentang mereka.

Bagimana jika kita fokus untuk menjadi bebas? Bagaimana jika kita membangun struktur yang kita butuhkan untuk melakukannya? Bagaimana jika alih-alih berdebat tentang gaya rambut atau berbagai warna bendera, kita berdebat tentang tanaman apa yang akan ditanam atau toko mana yang akan dirampok? Bagaimana jika kita membuat serikat, sebuah geng, yang didedikasikan untuk menjadi bebas? Bagaimana jika kita berhenti berdebat secara online dan fokus untuk menjadi sahabat sejati, sahabat yang saling bantu menyembunyikan satu sama lain dari kejaran polisi, dan menawarkan tempat yang aman untuk ditinggali?

Bagaimana jikalau kita bisa mengandalkan satu sama lain dengan sangat baik sehingga aku tahu aku aman dimanapun aku berada karena melukai satu berarti melukai semua? Bagaimana jika kita tidak menunggu datangnya perang apokaliptik dan sebaliknya melaksanakan perang KITA setiap hari, perang melawan segalanya yang memperbudak kita?

Bagaimana jika kita melakukan itu? Bagaimana jika kita kesampingkan berbagai teori-teori dan fokus pada itu? Kenapa tidak? Kenapa masih menunggu?

Tak ada yang akan datang menyelamatkan kita, kamerad.

Tak ada seorangpun.

Jadi, ini hanya tergantung kau dan aku.

--

--

Ifan Reynaldi Yz.
Ifan Reynaldi Yz.

No responses yet